Jakarta, Satu diantara keluhan yang dirasa beberapa orang setelah minum kopi yaitu berdebar-debar serta sulit tidur dengan kata lain insomnia. Dari pada beberapa sulit bikin kopi bebas cafein, beberapa peneliti merekomendasikan untuk bikin kopi dari Kacang Pistachio. Kopi hijau indonesia bebas cafein atau decaffeinated coffee umumnya di buat untuk memperoleh aroma kopi yang nikmat, tetapi tak perlu rasakan dampaknya.
Sebagian orang terasa terganggu bila mesti alami insomnia dan jantung berdebar sesudah minum kopi. Tetapi saat di buat versus bebas kafeinnya, harga secangkir kopi umumnya jadi lebih mahal lantaran prosesnya memerlukan perlengkapan yang lebih rumit. Diluar itu berdasar sebagian ahli, decaffeinated coffee tak pernah betul-betul 100 % bebas cafein. Jalan keluar paling pas untuk yang menginginkan rasakan enaknya minum kopi tanpa ada mesti berdebar-debar pada akhirnya diketemukan dalam satu riset kopi hijau indonesia di York University.
Beberapa peneliti mencermati kandungan Kacang Pistachio, lantas menyimpulkan kalau kacang itu dapat jadikan bahan baku kopi sehat. Kacang Pisthacio yang datang dari tanaman Pistacia terebinthus adalah biji-bijian khas yang gampang diketemukan di beberapa lokasi timur tengah. Biji kacang yang memiliki bentuk serupa almond itu kerap jadikan makanan kecil serta oleh-oleh khas dari tanah Arab. Dalam penelitiannya Kopi Hijau Indonesia, beberapa pakar dari York University memakai kacang ini sebagai pengganti biji kopi. Sistem pemrosesannya sama yaitu dipanaskan pada suhu 200 derajat celcius sepanjang 10-20 menit, lantas digerus serta diseduh dengan air panas seperti kopi biasanya.
Analisa kandungan senyawa pada hasil seduhan tunjukkan, beberapa besar senyawa kopi ada didalam seduhan Kacang Pistachio hingga aromanya lebih kurang bakal sama juga. Bedanya, seduhan kacang ini tak memiliki kandungan cafein hingga bebas dari resiko tak dapat tidur. Sama dengan biji kopi umum, sistem penggorengan biji Kacang Pistachio dapat juga dimodifikasi untuk memperoleh rasa yang tidak sama, ungkap Dr Mustafa Ozel yang memimpin riset itu seperti diambil dari Telegraph, Senin (29/8/2011). (up/ir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar